LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I
Kromatografi Kolom dan Kromatografi
Lapis Tipis :
Isolasi Kurkumin dari
Kunyit (Curcuma Longa L) dan Analisis Pemisahan
Tanggal
Praktikum : Senin, 24 Oktober 2016
Tanggal
Pengumpulan : Senin, 31 Oktober 2016
Yohana Permata Sari
1157040069
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016
I.
TUJUAN
PERCOBAAN
1.
Mengisolasi kurkumin dari kunyit sampai
pemurniannya secara Kromatografi Lapis Tipis.
2.
Menentukan Rf setiap noda yang muncul.
3.
Memisahkan komponen-komponen yang
terdapat dalam sampel kurkumin dengan Kromatografi Lapis Tipis.
II.
DASAR
TEORI
Berdasarkan penelitan (Chearwae, et
al., 2004), analisa KLT ekstrak kasar kurkuminoid dengan menggunakan fase
gerak kloroform : etanol : asam asetat dengan perbandingan 94 : 5 : 1 (v/v/v)
juga menghasilkan 3 spot utama berwarna oranye. Spot yang terakhir kali
terelusi (paling non polar) yaitu spot A diidentifikasi sebagai kurkumin,
kemudian demetoksikurkumin (B) dan bisdemetoksikurkumin (C). Jika dianalisa
berdasarkan kepekatan warna dan luas spot pada plat KLT, kurkumin merupakan
pigmen yang paling dominan yang terdapat pada kunyit. Fase gerak yang digunakan
sudah cukup baik dalam memisahkan ketiga pigmen kurkuminoid dalam ekstrak kasar
sehingga dapat diterapkan dalam isolasi dengan kromatografi kolom (Trully dan
Kris, 2005)
Kurkumin
(1,7-bis (4’- hidroksi- 3’-metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion, merupakan
senyawa hasil isolasi dari tanaman Curcuma sp dan telah
berhasil dikembangkan sintesisnya oleh Pabon (1964). Kurkumin telah diketahui memiliki
aktivitas biologis dengan spektrum yang luas. Aktivitas antioksidan ditentukan
oleh gugus hidroksi aromatik terminal, gugus β diketon dan ikatan rangkap telah
dibuktikan berperan pada aktivitas antikanker dan antimutagenik kurkumin
(Majeed et al., 1995). Kurkumin memiliki aktivitas penghambat
siklooksigenase (COX) sebesar 79% (van der Goot, 1997), dan diduga bersifat
COX-2 selektif, berdasarkan sifat tidak toksik pada gastrointestinal meskipun
pada dosis tinggi (Kawamori, et al., 1999). Aktivitas penghambat
COX-2 memungkinkan pengembangan kurkumin sebagai zat antikanker yang bersifat
antiproliferaif dan memacu apoptosis (Meiyanto, 1999)(Supardjan dan
M. Da’i, 2005).
Salah satu cara pengambilan kurkumin
dari rimpangnya adalah dengan cara ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu
metode pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan. Secara umum ekstraksi dapat
didefinisikan sebagai proses pemisahan dan isolasi zat dari suatu zat dengan penambahan
pelarut tertentu untuk mengeluarkan komponen campuran dari zat padat atau zat
cair. Dalam hal ini fraksi padat yang diinginkan bersifat larut dalam pelarut
(solvent), sedangkan fraksi padat lainnya tidak dapat larut. Proses tersebut
akan menjadi sempurna jika solute dipisahkan dari pelarutnya, misalnya dengan
cara distilasi/penguapan (Wahyuni, et al.,
2004).
Kurkumin atau 1,7-bis-(4
hidroksi-3-metoksi fenil) hepta-1,6-diena-3,5-dion memiliki berat molekul
368,126. Kurkumin dikenal sebagai bahan alam berupa zat warna kuning yang
diisolasi dari Curcuma longa, L. Pertama kali kurkumin
ditemukan pada tahun 1815 oleh Vogel dan Pelletier (van der Goot, 1997).
Kristalisasi kurkumin pertama kali dilakukan oleh Daube (1870) dan elusidasi
struktur kimia dilakukan pada tahun 1910 oleh Lampe. Sintesis kurkumin
dilakukan pada tahun 1913 oleh Lampe dan Milobedzka (Aggarawal et al., 2003).
III.
CARA
KERJA
A.
Isolasi Kurkumin dari Kunyit
Ditimbang
sebanyak 20 gram rimpang kunyit kemudian dimasukkan kedalam labu bundar.
Setelah itu, ditambahkan 50 ml CH2Cl2
dan direfluks selama 1 jam. Kemudian larutan disaring dengan penyaring vakum.
Setelah disaring, dipisahkan antara filtrat dan residunya, filtratnya
didistilasi pada penangas air serta residunya ditambahkan lagi 20 ml n-heksana kemudian
aduk hingga merata. Setelah itu, larutan disaring dengan penyaring vakum.
Kemudian padatan hasil saringan dianalisis dengan Kromatografi Lapis Tipis
menggunakan eluen CH2Cl2 : MeOH = 97 : 3. Lalu dianalisis
Rf yang muncul.
Kemudian
0,1 gram ekstrak kurkumin kasar dilarutkan dalam CH2Cl2 :
MeOH = 99 :1 hingga larut. Setelah larut, larutan ekstrak kurkumin kasar
diteteskan atau ditotolkan secara menyebar pada batas bawah pelat KLT
(Kromatografi Lapis Tipis) preperatif berukuran 5×5, lalu dikeringkan. Setelah
itu, dielusi dengan menggunakan eluen CH2Cl2 : MeOH = 97
:3. Lalu hasil elusi dilihat dibawah sinar UV. Kemudian pita komponen utama
diberi tanda batas pada pelat KLT preparatif.
IV.
DATA
PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
No.
|
PERLAKUAN
|
PENGAMATAN
|
1.
|
Isolasi kurkumin dari
kunyit
·
Alat refluksi dirangkai
·
CH2Cl2
diambil 50 ml
·
Sebanyak 20 gram rimpang kunyit
ditimbang
·
Labu bundar dibilas dengan CH2Cl2
·
Serbuk kunyit dimasukkan kedalam
labu bundar
·
+50 ml CH2Cl2
·
Direfluks selama 1 jam
·
+20 ml n-heksana
·
Disaring dengan penyaring vakum
·
Dianalisis dengan kromatografi
lapis tipis menggunakan eluen CH2Cl2 : MeOH = 97 : 3
·
Disinari dengan sinar UV
·
Ditentukan Rf noda A, B, dan C
·
0,1 gram ekstrak kurkumin kasar
·
+ CH2Cl2 :
MeOH = 99 : 1 (dilarutkan)
·
Diteteskan (ditotolkan) secara
menyebar pada batas bawah pelat KLT preperatif (ukuran 5×5), dikeringkan
·
Dielusi dengan eluen CH2Cl2
: MeOH = 97 : 3
·
Disinari dengan sinar UV
|
·
Rangkaian alat refluks
·
Larutan tidak berwarna
·
20 gram rimpang kunyit berupa
serbuk berwarna kuning
·
Serbuk dalam labu bundar
·
Serbuk larut dalam diklorometana
dan berwarna kuning (campuran diklorometana dan kunyit)
·
Diklorometana menguap, didapat
hasil isolasi kurkumin berupa padatan berwarna kuning kemerahan
·
Tidak terjadi perubahan secara
visual
·
Didapat residu (padatan) berwarna
jingga ++
·
Eluen merambat (naik) diikuti
dengan noda berwarna kuning
·
Titik noda tampak jelas dan
terdapat 4 titik noda, sebagai berikut :
1 = 0,3 cm (warna
hijau muda +++)
2 = 0,9 cm (warna
hijau muda ++)
3 = 2,4 cm (warna
hijau muda +)
4 = 0,9 cm (warna
kuning)
Panjang elusi pada
pelat = 4 cm
·
Rf1 = 0,075 Rf3 = 0,6
Rf2 =
0,225 Rf4 = 0,9
·
Berupa padatan jingga ++
·
Ekstrak kurkumin larut dalam CH2Cl2
: MeOH = 99 : 1 menghasilkan larutan berwarna kuning
·
Noda pada pelat KLT
·
Noda merambat naik berwarna
kuning
·
Noda tampak jelas 3 komponen
1. Hijau
muda +++
2. Hijau
muda ++
3. Hijau
muda +
|

Nilai
Rf =
Ø Rf1
=
= 0,075
Ø Rf2 =
= 0,225
Ø Rf3 =
= 0,6
Ø Rf4 =
= 0,9
V.
PEMBAHASAN
Kurkumin adalah senyawa turunan fenolik dari hasil isolasi
rimpang tanaman kunyit (Curcuma longa). Zat ini adalah polifenol dengan
rumus kimia C21H20O6. Kurkumin dapat memiliki dua
bentuk tautomer yaitu keton dan enol. Struktur keton lebih dominan dalam
bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan
dalam bentuk cairan. Senyawa ini memiliki rumus molekul 2 gugus vinilguaiacol yang saling
dihubungkan dengan rantai alfa beta diketon
Pada percobaan ini dilakukan isolasi
kurkumin dari rimpang kunyit. Proses isolasi ini meliputi dua tahap pengerjaan
yaitu dengan kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Prinsip pemisahan dari metode
kromatografi adalah memisahkan campuran senyawa atas komponen-komponennya
berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi masing-masing pada dua fase, yakni fase
diam dan fase gerak. Berdasarkan definisi prinsip kromatografi tersebut,
kromatografi kolom sama dengan KLT, dimana senyawa-senyawa dalam campuran
terpisahkan karena adsorbsi suatu padatan penyerap sebagai fasa diam dan
eluennya sebagai fasa gerak. Perbedaan kecepatan migrasi tiap komponen dapat
disebabkan oleh kemampuan masing-masing komponen untuk teradsorpsi atau
perbedaan distribusi diantara dua fase yang tak saling campur.
Pada percobaan ini, penyampuran 20 gram rimpang kunyit kering
yang digunakan saat percobaan adalah bubuk rimpang, agar mempermudah pemisahan kurkumin dari kunyit dan hasil
yang akan diperoleh lebih maksimal, dengan 50 ml diklorometana akan menjadi suatu larutan.
Larutan tersebut kemudian direfluks selama 1 jam. Digunakan CH2Cl2
/ diklorometana karena pelarut organik yang baik dan mudah menguap. Proses
refluks dimaksudkan agar memekatkan larutan rimpang kunyit-diklorometana,
dengan menguapkan senyawa diklorometana. Selanjutnya refluktan (campuran pekat)
di saring dengan penyaring vakum lalu ambil filtrat
berupa larutan kuning. Kemudian larutan dipekatkan melalui distilasi
penangas air 50ºC, diperoleh distilat berupa diklorometana dan residu berupa
kurkumin. Residu kemerah-merahan yang didapat kemudian dicampurkan dengan 20 ml
n-heksana dan diaduk merata. Penambahan n-heksana pada campuran bertujuan untuk
menggumpalkan campuran menjadi padat, memisahkan diri dari pelarut dan kemudian
disaring lagi dengan penyaring vakum. Penyaringan dimaksudkan agar diperoleh
kurkumin murni berupa padatan yang tertinggal (residu) pada saringan vakum. Selanjutnya
padatan dianalisis dengan Kromatografi Lapis Tipis menggunakan eluen CH2Cl2 :
MeOH = 97 : 3, akan memunculkan 4 komponen utama. 4 komponen utama yang
didapat, timbul warna (Rf) adalah hijau muda +++ (0,3), hijau muda ++ (0,9)
hijau muda + (2,4) dan kuning (0,9).
Setelah
uji KLT (Kromatografi Lapis Tipis) selesai, dilakukan pemisahan dengan KLT
preparatif. Dengan menyiapkan kaca berukuran 5x5 cm yang dilapisi silika gel. Diberi batas bawah (2 cm dari ujung pelat) dan atas dengan pensil.
Perlu menyiapkan sampel yang akan dielusi, yaitu 0.1 gram ekstrak kasar ( residu
vakum ) dilarutkan sesedikit mungkin pelarut CH2Cl2 :
MeOH = 99 : 1. Setelah itu diteteskan perlahan, secara menyebar
dengan menggunakan pipet tetes. Perlakuan dilakukan beberapa
kali untuk memastikan semua sampel terserap pada pelat silikat KLT preparatif. Perlu
dicatat, setiap pengulangan tetesan, tunggu sampai kering penetasan sebelumnya
dan tetesan selanjutnya berada dilokasi tetesan sebelumnya. Ketika eluen mulai membasahi lempengan pelat KLT,
pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah
ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada
lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut. Cepatnya
senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada
kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini bergantung pada bagaimana besar
atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
Kurkumin merupakan senyawa yang
terkandung dalam ekstrak kunyit yang dapat membentuk ikatan kimia karakteristik
dengan silikon dioksida. Senyawa ini dapat membentuk ikatan hidrogen maupun
ikatan van der walls yang lemah. Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen ini akan melekat
pada pelat lebih
kuat dibanding senyawa lainnya. Atau dapat dikatakan bahwa senyawa Kurkumin ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya.
Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada
permukaan. Ketika kurkumin dijerap
pada pelat untuk sementara waktu
proses penjerapan berhenti dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Ini berarti
bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas
lempengan. Senyawa yang terikat pada pelat KLT akan terlihat sebagai noda.
Setelah
noda kering, dilakukan elusi dengan eluen CH2Cl2 : MeOH =
97 : 3 untuk melihat pergerakan sampel. Digunakan eluen tersebut karena sebagai
fasa gerak pada pengujian yang merupakan senyawa polar disamping fasa diam
berupa silika gel, senyawa polar. Langkah selanjutnya sampel beserta KLT
preparatif dilihat dibawah sinar lampu UV, untuk memunculkan dengan jelas pita
komponen warna utama. Akhirnya diperoleh 3 warna utama hasil uji sampel, yaitu
hijau muda +++, hijau muda ++, dan hijau muda +.
Hasil
reaksi pada percobaan ini :
Ø Kurkumin+ CH2Cl2
Ø Kurkumin direfluks
Buat
reaksi n-heksana tidak usah, fungsinya hanya untuk mengikat/melarutkan senyawa
selain kurkumin dan memisahkannya
VI.
KESIMPULAN
Pada
percobaan kali ini, dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. Isolasi
kurkumin dari kunyit dilakukan dengan pelarutan rimpang kunyit dengan
diklorometana, dan pemisahannya dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis
Tipis.
2.
Berdasarkan hasil uji Kromatografi Lapis
Tipis dengan eluen CH2Cl2 : MeOH = 97 : 3, diperoleh Rf
masing-masing noda yaitu :
Ø
Rf
kurkumin = 0.600
Ø Rf
desmetoksikurkumin = 0.225
Ø Rf
bisdemetoksikurkumin = 0.075
3.
Berdasarkan pengujian dengan
Kromatografi Lapis Tipis diperoleh bahwa komponen-komponen yang terdapat dalam
kunyit ada 3 macam, dimana hasil kromatografi menunjukkan terdapat tiga
komponen utama yang merupakan zat aktif yang terkandung dalam kunyit, disusun
berdasarkan sifat kepolarannya dari polar, semi polar dan non polar, yaitu :
Ø Desmetoksikurkumin
Ø Bisdemetoksikurkumin,
dan
Ø Kurkumin.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Anonim. 2013. Laporan Isolasi Kurkumin Dari Kunyit.
Diakses pada hari Sabtu tanggal 29 Oktober 2016
pukul 20.00 WIB.
·
Anonim. 2013. Kromatografi Kolom And Kromatografi Lapis Tipis Isolasi Kurkumin Dari
Kunyit Curcuma Longa L. Dan Pemisahan Zat pewarna Makanan.
Diakses pada hari Jumat tanggal 29 Oktober 2016
pukul 21.00 WIB.
·
Clark, Jim. 2007. Kromatografi Lapis
Tipis
http://chem-is-try.org
Diakses pada hari Jumat tanggal 29 Oktober 2016
pukul 22.00 WIB.
·
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.
·
Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta : UGM-Press.
·
Wahyuni, A. Hardjono dan P.H. Yamrewav, 2004. Ekstraksi Kurkumin Dari Kunyit. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia Dan
Proses.